Single Blog Title

This is a single blog caption
29 Nov 2021

MEMASYARAKATKAN SISTEM OTOMASI UNTUK PETANI DI JATINANGOR DAN CIMAHI

/
Posted By
/
Categories,

Puncak Pandemi COVID-19 tahun 2021, bukan penghalang bagi tim Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi ITB dan Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Ahmad Yani (UNJANI) Cimahi untuk menyelengarakan Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian bagi kelompok tani di Cipacing Jatinangor serta Komunitas Hidroponik Cimahi.

Bidang pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung kesejahteraan suatu bangsa. Konsumsi dan distribusi hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Agar pertanian lebih mensejahterakan petaninya, maka perlu dibangun sistem yang memungkinkan pengoperasian yang lebih efisien, baik pada lahan sempit atau pada lahan yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut, sistem otomasi pertanian sangat dibutuhkan.

Sistem otomasi dapat mengurangi jumlah personil, dan mengurangi biaya operasional khusus biaya tenaga kerja yang bisa mencapai 30% dari biaya total. Otomasi pertanian dapat dilakukan pada berbagai aspek kegiatan budidaya pertanian, seperti pengolahan tanah, penanaman, irigasi, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Penerapan sistem otomasi pertanian membantu pelaksanaan operasi kegiatan usaha pertanian lebih baik. Pemberian air dan nutrisi menjadi lebih akurat, dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga hasil dan produksi bisa maksimal.

Untuk memasyarakatkan kompetensi membangun sistem otomasi pertanian di kalangan kader petani, dibentuklah tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) yang terdiri dari dosen Prodi Rekayasa Pertanian SITH ITB, Teknik Fisika FTI ITB, serta Teknik Elektro UNJANI yang bekerjasama dalam wadah Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi (PTIO) ITB. Pada bulan Juni 2021, tim ini menyelenggarakan rangkaian acara Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian dalam bentuk webinar daring pada tanggal 18 Juni 2021, dan pelatihan tatap muka untuk para kader kelompok tani di Cipacing Jatinangor pada tanggal 19 Juni serta pelatihan tatap muka untuk Komunitas Hidroponik Cimahi pada 20 Juni 2021.

Kurikulum pelatihan ini dirancang untuk secara cepat memberikan pengalaman membangun sistem otomasi dalam bidang pertanian, yang kemudian dengan mudah dikembangkan untuk berbagai aplikasi pertanian yang lebih kompleks. Pada webinar daring, Dr. Aep Supriyadi (SITH ITB – ketua tim PPM), Dr. Estiyanti Ekawati (FTI ITB), Dede Irawan Saputra, S.Pd., MT. (UNJANI) dan Irvan Budiawan ST MT (UNJANI) memberikan pembekalan mengenai aspek-aspek otomasi pertanian yang esensial dan dapat segera di terapkan untuk sistem pertanian.  

Keesokan harinya, tim ini mengunjungi MTS Darul Hufad Hidroponik Farm di Dusun Bojong, Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor, Sumedang. Di tempat ini tim memberikan pelatihan penerapan sistem otomasi pertanian pada sistem hidroponik DFT, NFT, rakit apung serta polybag pembibitan dan pertumbuhan. Peserta hari itu merupakan anggota kelompok petani hidroponik di Jatinangor. Mereka mengikuti demonstrasi dan praktek pengendalian suhu dan kelembaban untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam berbagai sistem pertanian tersebut. Pelatihan serupa dilanjutkan pada hari berikutnya bertempat di Yayasan Darul Husna, dengan diikuti oleh anggota Komunitas Hidroponik Cimahi.

Pada dua hari pelatihan tatap muka yang dilaksanakan sesuai protokol kesehatan, peserta mengikuti praktek pengukuran kelembapan lingkungan, kelembaban tanah dan suhu air menggunakan sensor elektronik. Data pengukuran sensor tersebut dikirimkan ke pengontrol mikro ESP8266. Berdasarkan data yang diterimanya, pengontrol ini mengatur operasi pompa mist, aerator, dan pompa nutrisi agar tercapai kondisi lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Pengontrol mikro ini juga dilengkapi fitur untuk mengirimkan data melalui jaringan internet. Data ini dapat diakses melalui telepon genggam yang dilengkapi aplikasi Blynk. Melalui aplikasi ini, petani dapat dengan nyaman memantau data-data suhu, kelembaban, serta pengoperasikan pompa baik secara otomatis maupun manual.

Praktek tersebut didukung oleh enam mahasiswa ITB yang bergabung dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), sebagai instruktur pelatihan. Mereka adalah tiga mahasiswa Prodi Teknik Fisika FTI ITB, yaitu Selvia, Widya Ayu Salsabila dan Rizky Arif, serta tiga mahasiswa Prodi Rekayasa Pertanian, yaitu Nanda Qonita, Rachma Kharismawati dan Novan Kopriadi

Pelatihan ini disambut baik oleh para peserta. Bapak Jalaluddin selaku perwakilan petani menyatakan sangat terbantu oleh pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini menambah wawasan petani, sekaligus mengembangkan cara berpikir milenial, yang memanfaatkan berbagai gawai untuk memantau kondisi pertaniannya. “Perangkat ini secara otomatis bisa membantu tingkat produksi dan kualitas hasil tani. Juga bisa mengurangi tenaga kerja yang lebih efisien dan lebih hemat mengurangi biaya produksi,” tandasnya.

Dr. Aep Supriyadi selaku ketua tim menyampaikan bahwa otomasi dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan permasalahan yang ada di lapangan. Sebagai contoh, tanaman hidroponik sistem rakit terapung seperti di Cipacing, rentan kekurangan kadar oksigen dalam larutan untuk suplai ke perakaran, atau terganggu oleh tingginya suhu lingkungan. Hal ini diatasi dengan memasang sistem otomasi aerator untuk meningkatkan aerasi dan kadar oksigen dalam larutan, serta pompa mist untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban lingkungan. “Sistem ini dapat membantu petani dan dapat mengurangi tenaga kerja. Sistem ini dapat dioperasikan dari jarak jauh melalui jaringan internet dan diakses melalui telepon genggam, sehingga petani mudah menguasainya” paparnya.

Irvan Budiawan ST MT dan Dede Irawan Saputra, S.Pd.,MT. dari UNJANI menambahkan bahwa kemampuan teknis pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan sistem otomasi pertanian di kalangan kelompok tani perlu selalu dibangun melalui pembinaan yang reguler dan sistematis. Dukungan perangkat dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk membangun kader yang menyadari pentingnya sistem otomasi dalam menunjang efisiensi operasi pertanian di lahan sendiri serta komunikasi dan koordinasi antar lahan. “Setelah kesadaran ini terbentuk dan sistem otomasi menjadi bagian inheren dalam aktivitas pertanian, maka keberlangsungannya akan terpelihara dan terus berkembang. Upaya menyiapkan ketersediaan SDM yang memiliki keterampilan membangun sistem otomasi pertanian, khususnya dalam kelompok tani, dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pembuatan berkala, sistematis juga melibatkan ahli dan teknisi yang berpengalaman. Melalui pelatihan tersebut diharapkan tumbuh kader petani yang memiliki keahlian dalam membangun dan memelihara sistem otomasi pertanian, khususnya di wilayah Jatinangor dan Cimahi, Jawa Barat. Pelatihan pada bulan Juni ini bersifat memberikan kompetensi dasar, yang ditujukan untuk membangun kesadaran untuk membentuk jaringan dan selanjutnya bergulir ke pembinaan sistematis hingga mencapai kemampuan startup pada periode-periode selanjutnya.